Indonesia saat ini berada di tengah transformasi besar-besaran dalam bidang teknologi, terutama dengan kemunculan Kecerdasan Buatan (AI) yang semakin mengubah berbagai sektor, dari industri hingga layanan publik. Perkembangan ini membawa peluang besar, tetapi juga menghadirkan tantangan yang tidak kalah signifikan, khususnya dalam hal keamanan data, regulasi, dan etika penggunaan teknologi.

Dalam Inside with Desi Anwar yang dihadiri oleh Ono W Purbo, Rektor Institut Teknologi Tangerang Selatan, dan salah satu tokoh penting dalam pengembangan internet di Indonesia, dibahas bagaimana Indonesia bisa memanfaatkan kemajuan AI secara lebih optimal. Dalam episode ini, mereka berbicara tentang tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengadopsi teknologi AI, serta pentingnya mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat mendukung perkembangan ini di masa depan.

Perkembangan AI di Indonesia: Antara Peluang dan Tantangan

Sektor-sektor seperti kesehatan, manufaktur, hingga kehidupan sehari-hari mulai merasakan dampak dari kecerdasan buatan. AI kini digunakan untuk menganalisis gambar medis untuk deteksi penyakit, mengotomatisasi proses produksi, bahkan di ponsel pintar kita, asisten virtual berbasis AI sudah menjadi hal yang umum. Namun, Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Singapura dalam hal penerapan AI.

Berdasarkan indeks AI regional, Indonesia tercatat pada angka 61,03, jauh di bawah Singapura yang berada di angka 81,97. Meskipun begitu, Ono Purbo menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam hal pengembangan AI lokal, seperti yang telah dilakukan oleh berbagai komunitas dan akademisi di tanah air.

Pentingnya Data dan Infrastruktur untuk Mendorong Perkembangan AI

Sebagai negara yang memiliki komunitas internet terbesar di dunia dengan lebih dari 60.000 RTRWNet, Indonesia menunjukkan potensi besar untuk pengembangan teknologi digital. Namun, tantangan terbesar terletak pada kualitas dan pengelolaan data. Banyak data di pemerintah yang masih berbentuk fisik, yang tentu saja menghambat penggunaan AI yang efektif. Salah satu solusi yang diusulkan adalah dengan membangun infrastruktur data lokal yang aman dan tidak bergantung pada server luar negeri.

Selain itu, pengelolaan data yang lebih baik juga menjadi kunci penting dalam mengurangi bias dalam AI. Sebagai contoh, AI bisa sangat bias jika data yang digunakan tidak mencakup keberagaman yang ada di Indonesia, seperti yang terjadi pada pengenalan makanan khas daerah.

SDM dan Edukasi: Kunci Utama dalam Menghadapi Era AI

Meskipun Indonesia telah memiliki potensi besar dalam pengembangan AI, SDM yang kompeten masih menjadi masalah utama. Indonesia membutuhkan sekitar 60.000 guru yang dapat mengajarkan tentang AI secara mendalam, bukan sekadar keterampilan menggunakan perangkat lunak atau aplikasi. Sebagai bagian dari solusi, kampus-kampus di Indonesia, seperti Institut Teknologi Tangerang Selatan, telah mulai mengembangkan modul AI yang disebarkan secara gratis untuk siswa dan guru.

Ono Purbo menekankan pentingnya literasi digital dan kemampuan berpikir komputasional sejak usia dini. Selain itu, generasi muda perlu diajarkan untuk tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga produsen yang mampu mengembangkan teknologi, menciptakan aplikasi, dan memberikan solusi nyata bagi permasalahan sosial dan ekonomi.

AI dan Etika: Tantangan dalam Penggunaannya

Di sisi lain, penerapan AI juga membutuhkan perhatian pada aspek etika. Penggunaan AI yang salah atau tanpa kendali dapat menimbulkan dampak negatif, seperti halusinasi AI yang memberikan jawaban atau informasi yang tidak akurat. Hal ini dapat mengancam dunia akademis, medis, dan banyak sektor lainnya.

Masyarakat Indonesia perlu diberikan pemahaman yang lebih baik mengenai bagaimana cara kerja AI dan bahaya potensialnya. Teknologi ini dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat jika digunakan dengan bijak, namun juga dapat menjadi bumerang jika tidak diatur dengan tepat.

Kesimpulan: Meningkatkan Kolaborasi dan Literasi AI di Indonesia

Untuk menghindari kesenjangan digital yang dapat memicu kesenjangan sosial dan ekonomi, Indonesia perlu meningkatkan literasi digital, membangun infrastruktur yang mandiri, serta mempersiapkan SDM yang mumpuni untuk menguasai teknologi AI. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga dunia akademis dan sektor swasta yang perlu berkolaborasi untuk menciptakan ekosistem teknologi yang inklusif dan berkelanjutan.

Sebagai negara dengan potensi besar dalam pengembangan AI, Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam penerapan teknologi ini di Asia Tenggara. Namun, langkah awal yang sangat penting adalah memperkuat fondasi edukasi, mengatur infrastruktur yang tepat, dan menjaga etika dalam penerapan AI untuk masa depan yang lebih cerah dan produktif.